MAKALAH KIMIA DASAR
REAKSI DALAM LARUTAN
DISUSUN
OLEH
KELOMPOK 2
SINDY AYU KIRANA
JUNITA
WINDIARTI PUJINISA
GEA RARTRI NINGSIH
JURUSAN
BIOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN PERIKANAN DAN BIOLOGI
UNIVERSITAS
BANGKA BELITUNG
2017
Kata Pengantar
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, karena
dengan rahmat dan karunianya sehingga makalah Kimia Dasar tentang Reaksi Dalam
Larutan dapat diselesaikan. Makalah ini disusun dalam rangka memenuhi nilai
tugas mata kuliah Kimia Dasar.
Pada kesempatan kali ini kami tidak lupa menyampaikan rasa
syukur dan terimakasih kepada pihak-pihak yang telah membantu selama penyusunan
makalah ini terutama untuk dosen Mata Kuliah Kimia Dasar Bapak Robby Gus Mahardika,
S.pd, M.Si. dan orang-orang yang telah banyak membantu dan memberikan dukungan
kepada kami.
Dengan penuh kesadaran bahwa tidak ada yang sempurna di dunia
ini melainkan Allah SWT, maka makalah ini pun tidak luput dari segala
kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu kritik dan saran dari
pembaca yang bersifat memperbaiki, menyempurnakan, dan mengembangkan makalah
ini sangat kami harapkan. Kami berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi
penulis dan pembaca. Amin.
Balunijuk,
17 Desember 2017
Penyusun
Daftar Isi
Kata
Pengantar............................................................................................................................i
Daftar
Isi....................................................................................................................................ii
BAB
I PENDAHULUAN
1.
Latar
belakang.......................................................................................................................1
2.
Rumusan
masalah..................................................................................................................1
3.
Tujuan....................................................................................................................................1
BAB II ISI
1.
Sifat dasar
larutan..................................................................................................................2
2.
Komposisi larutan..................................................................................................................2
3.
Jenis-jenis
larutan..................................................................................................................2
4.
Konsentrasi
larutan................................................................................................................5
5.
Kelarutan...............................................................................................................................6
6.
Sifat koligatif
larutan.............................................................................................................9
BAB III PENUTUP
1.
Kesimpulan...............................................................................................................13
Daftar Pustaka………………………………………………………………………………….14
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Tanpa kita sadari, selama ini kehidupan kita sangat
berkaitan dengan zat kimia yang dapat kita temui dalam berbagai macam bentuk.
Salah satunya dalam larutan yang akan dibahas lebih jauh dalam makalah ini.
Misalnya garam dapur atau Natrium Klorida (NaCl). Selain memperkaya rasa
masakan ternyata garan dapur (NaCl) yang kita kenal selama ini mempunyai
kegunaan lain. Ternyata garam dapur (NaCl) dalam bentuk larutan jika
disambungkan dengan power supply dapat menghantarkan arus listrik dan membuat
lampu menyala.
Demikian juga halnya dengan larutan-larutan lainnya,
misalnya air suling, larutan gula, asam asetat, amonia, asam sulfat, asam
klorida, natrium klorida, natrium hidroksida, dan masih banyak lagi. Secara
garis besar larutan dibagi menjadi dua yaitu larutan elektrolit dan larutan
non-elektrolit. Larutan elektrolit dibagi lagi menjadi dua yaitu elektrolit
kuat dan elektroit lemah. Dan untuk selengkapnya akan dibahas pada bab
selanjutnya.
2. Rumusan Masalah
1. Sifat dasar larutan
2. Jenis-jenis larutan
3. Kelarutan dan faktor-faktor yang mempengaruhinya
3. Tujuan
Untuk menambah wawasan mengenai larutan, apa saja
jenis-jenisnya, dan apa saja yang menjadi faktor dalam perubahannya.
BAB II
ISI
1.
Sifat Dasar Larutan
Larutan
adalah campuran yang bersifat homogen antara molekul, atom ataupun ion dari dua
zat atau lebih. Disebut campuran karena susunannya atau komposisinya dapat
berubah. Disebut homogen karena susunanya begitu seragam sehingga tidak dapat
diamati adanya bagian-bagian yang berlainan, bahkan dengan mikroskop optis
sekalipun.
Komponen
larutan terdiri dari pelarut (solvent) dan zat terlarut (solute).
Pelarut adalah medium bagi zat terlarut yang dapat berperan serta dalam reaksi kimia
dalam larutan atau meninggalkan larutan karena pengendapan atau penguapan. Dan
uraian mengenai gejala ini memerlukan komposisi larutan.dan berdasarkan daya
hantarnya larutan dibagi menjadi larutan elektrolit dan non elektrolit.
2.
Komposisi Larutan
Ada beberapa cara untuk menyatakan komposisi larutan. Yaitu
dengan Presentase massa/ persen bobot : presentase berdasarkan massa suatu zat
dalam larutan. Dalam kimia yang paling bermanfaat menyatakan komposisi adalah
fraksi mol, molaritas, dan molalitas. Dan untuk lebih jelasnya akan dijelaskan
pada pembahasan konsentrasi larutan.
3.
Jenis Larutan
Larutan berdasarkan daya hantarnya
dibagi menjadi dua yaitu larutan elektrolit dan larutan non-elektrolit.
a. Larutan Elektrolit
Larutan elektrolit adalah larutan yang bisa menghantarkan
arus listrik. Pada larutan ini dibedakan menjadi elektrolit kuat dan elektrolit
lemah
-
Elektrolit
Kuat
Larutan elektrolit kuat adalah
larutan yang mempunyai daya hantar listrik yang kuat, karena zat terlarutnya
didalam pelarut (umumnya air), seluruhnya berubah menjadi ion-ion (alpha = 1). Yang tergolong elektrolit kuat
adalah:
1.
Asam-asam
kuat, seperti : HCl, HCl03, H2SO4, HNO3 dan lain-lain.
2.
Basa-basa
kuat, yaitu basa-basa golongan alkali dan alkali tanah, seperti: NaOH, KOH,
Ca(OH)2, Ba(OH)2 dan
lain-lain.
3.
Garam-garam
yang mudah larut, seperti: NaCl, KI, Al2(SO4)3 dan
lain-lain
Partikel-partikel yang ada di
dalam larutan elektrolit kuat adalah ion-ion yang bergabung dengan molekul air,
sehingga larutan tersebut daya hantar listriknya kuat. Hal ini disebabkan
karena tidak ada molekul atau partikel lain yang menghalangi gerakan ion-ion
untuk menghantarkan arus listrik, sementara molekul-molekul air adalah sebagai
media untuk pergerakan ion. Misalnya HCl dilarutkan ke dalam air, maka semua
HCl akan bereaksi dengan air dan berubah menjadi ion-ion dengan persamaan
reaksi berikut:
HCl (g) + H2O ( l ) ⎯→ H3O+(aq) +
Cl− (aq)
Reaksi ini biasa dituliskan:
HCl (aq) ⎯→ H+(aq) + Cl− (aq)
-
Elektrolit
Lemah
Larutan elektrolit lemah adalah
larutan yang daya hantar listriknya lemah dengan harga derajat ionisasi
sebesar: O < alpha < 1. Yang tergolong elektrolit lemah:
1. Asam-asam lemah, seperti : CH3COOH, HCN, H2CO3, H2S dan lain-lain
2. Basa-basa lemah seperti : NH4OH, Ni(OH)2 dan
lain-lain
3. Garam-garam yang sukar larut,
seperti : AgCl, CaCrO4, PbI2 dan lain-lain
Misalnya CH3COOH
dilarutkan ke dalam air, maka sebagian CH3COOH akan terion dengan
persamaan reaksi seperti berikut:
CH3COOH (s) + H2O ( l ) ⎯→ H3O+ (aq) +
CH3COO− (aq)
CH3COOH yang terion reaksinya biasa
dituliskan:
CH3COOH (aq) ⎯→ H+ (aq) + CH3COO− (aq)
Ion-ion yang telah terbentuk sebagian bereaksi kembali
membentuk CH3COOH,
sehingga dikatakan CH3COOH yang terion hanya sebagian. Reaksinya dapat
dituliskan:
CH3COOH (aq) ⇔ H+ (aq) + CH3COO− (aq)
Partikel-partikel yang ada di dalam larutan adalah
molekul-molekul senyawa CH3COOH yang terlarut dan ion-ion H+ dan CH3COO−.
Molekul senyawa CH3COOH tidak dapat menghantarkan arus listrik, sehinggga
akan menjadi penghambat bagi ion-ion H+ dan CH3COO− untuk
menghantarkan arus listrik.
b. Larutan non elektrolit
Larutan non- elektrolit adalah larutan yang tidak dapat
menghantarkan arus listrik, karena zat terlarutnya di dalam pelarut tidak dapat
menghasilkan ion-ion (tidak meng-ion). Tergolong ke dalam
jenis ini misalnya:
-
Larutan
urea
-
Larutan
sukrosa
-
Larutan
glukosa
-
Larutan
alkohol dan lain-lain
Ada
2 reaksi dalam larutan, yaitu:
-
Eksoterm,
yaitu proses melepaskan panas dari sistem ke lingkungan, temperatur dari
campuran reaksi akan naik dan energi potensial dari zat- zat kimia yang
bersangkutan akan turun.
-
Endoterm,
yaitu menyerap panas dari lingkungan ke sistem, temperatur dari campuran reaksi
akan turun dan energi potensial dari zat- zat kimia yang bersangkutan akan
naik.
Berdasarkan
jenuh atau tidaknya larutan dapat dibagi menjadi 3, yaitu:
-
Larutan
tak jenuh yaitu larutan yang mengandung zat terlarut (solute) kurang
dari yang diperlukan untuk membuat larutan jenuh. Atau dengan kata lain,
larutan yang partikel- partikelnya tidak tepat habis bereaksi dengan pereaksi
(masih bisa melarutkan zat). Larutan tak jenuh terjadi apabila bila hasil kali
konsentrasi ion < Ksp berarti larutan belum jenuh ( masih dapat larut).
-
Larutan
jenuh yaitu suatu larutan yang mengandung sejumlah zat terlarut (solute)
yang larut dan mengadakan kesetimbangn dengan pelarut (solute) padatnya.
Atau dengan kata lain, larutan yang partikel- partikelnya tepat habis bereaksi
dengan pereaksi (zat dengan konsentrasi maksimal). Larutan jenuh terjadi
apabila bila hasil konsentrasi ion = Ksp berarti larutan tepat jenuh.
-
Larutan
sangat jenuh (kelewat jenuh) yaitu suatu larutan yang mengandung lebih banyak
zat terlarut (solute) daripada yang diperlukan untuk larutan jenuh. Atau
dengan kata lain, larutan yang tidak dapat lagi melarutkan zat terlarut (solute)
sehingga terjadi endapan. Larutan sangat jenuh terjadi apabila bila hasil kali
konsentrasi ion > Ksp berarti larutan lewat jenuh (mengendap).
Berdasarkan
sifat kualitatif, larutan dapat dibedakan menjadi 2, yaitu:
-
Larutan pekat yaitu larutan yang mengandung relatif lebih banyak zat terlarut (solute)
dibanding pelarut (solvent).
-Larutan
encer yaitu larutan yang relatif lebih sedikit zat terlarut (solute)
dibanding pelarut (solvent).
4.
Konsentrasi Larutan
Konsentrasi
larutan menyatakan banyaknya zat terlarut dalam sejumlah tertentu larutan.
Secara fisika konsentrasi dapat dinyatakan dalam % (persen) atau ppm (part
per million) = bpj (bagian per juta). Dalam kimia konsentrasi larutan
dinyatakan dalam molar (M), molal (m) atau normal (N).
a)
Persen massa (% b/b)
Persen massa menyatakan perbandingan massa zat terlarut (solute)
terhadap massa larutan % Solute = 100 %
b)
Persen volum (% v/v)
Persen
volum menyatakan perbandingan zat terlarut (solute) terhadap volum
larutan % solute = 100 %
c)
Persen massa/volum (% b/v)
Persen
massa per volum menyatakan perbandingan massa zat terlarut (solute)
terhadap volume larutan % 100 %
d)
Persen volum/massa (% v/b)
Persen
volum per massa menyatakan perbandingan volum zat terlarut (solute)
terhadap massa larutan % 100 %
e)
Molaritas (M)
Molaritas
menyatakan jumlah mol zat terlarut dalam setiap liter larutan M = x
f)
Molalitas (m)
Molalitas
menyatakan jumlah mol zat terlarut dalam setiap kilo gram (1000 gram) pelarut.
m = x
g)
Normalitas (N)
Normalitas menyatakan jumlah ekuivalen
zat terlarut dalam setiap liter larutan. N = x n x
h)
ppm
ppm
menyatakan massa (Mg) zat terlarut (solute) dalam tiap Kg larutan ppm =
5.
Kelarutan
Larutan jenuh adalah larutan yang mengandung zat terlarut
dalam jumlah yang diperlukan untuk adanya kesetimbangan antara zat terlarut (solute)
yang terlarut dan yang tak terlarut. Banyaknya zat terlarut (solute)
yang melarut dalam pelarut yang banyaknya tertentu untuk menghasilkan suatu
larutan jenuh disebut kelarutan (solubility) zat itu. Kelarutan umumnya
dinyatakan dalam gram zat terlarut per 100 mL pelarut, atau per 100 gram
pelarut pada temperatur yang tertentu. Jika kelarutan zat kurang dari 0,01 gram
per 100 gram pelarut, maka zat itu dikatakan tak larut (insoluble).
Jika jumlah zat terlarut (solute) yang
terlarut kurang dari kelarutannya, maka larutannya disebut tak jenuh (unsaturated).
Larutan tak jenuh lebih encer (kurang pekat) dibandingkan dengan larutan jenuh.
Jika jumlah zat terlarut (solute) yang terlarut lebih banyak dari
kelarutannya, maka larutannya disebut lewat jenuh (supersaturated).
Larutan lewat jenuh lebih pekat daripada larutan jenuh. Larutan lewat jenuh
biasanya dibuat dengan cara membuat larutan jenuh pada temperatur yang lebih
tinggi. Pada cara ini zat terlarut harus mempunyai kelarutan yang lebih besar
dalam pelarut panas daripada dalam pelarut dingin. Jika dalam larutan yang
panas itu masih tersisa zat terlarut yang sudah tak dapat melarut lagi, maka
sisa itu harus disingkirkan dan tidak boleh ada zat lain yang masuk. Kemudian
larutan itu didinginkan hati-hati dengan cara didiamkan untuk menghindari
pengkristalan. Jika tidak ada solute yang memisahkan diri (mengkristal
kembali) selama pendinginan, maka larutan dingin yang diperoleh bersifat lewat
jenuh. Larutan lewat jenuh yang dapat dibuat dengan cara ini misalnya larutan
dari sukrosa, natrium asetat dan natrium tiosulfat (hipo).
Larutan lewat jenuh merupakan suatu sistem metastabil.
Larutan ini dapat diubah menjadi larutan jenuh dengan menambahkan kristal yang
kecil (kristal inti/bibit) umumnya kristal dari zat terlarut (solute).
Kelebihan molekul zat terlarut (solute) akan terikat pada kristal
inti dan akan mengkristal kembali.
Kelarutan senyawa logam biasa, yaitu senyawa logam golongan
IA, IIA, IB, IIB, Mn, Fe, Co, Ni, Al, Sn, Pb, Sb, Bi, dan NH4+ seperti
pada tabel berikut:
Senyawa
|
Kelarutan
|
Nitrat
|
Semua larut
|
Nitrit
|
Semua larut kecuali Ag+
|
Asetat
|
Semua larut kecuali Ag+, Hg22+, Bi3+
|
Klorida
|
Semua larut kecuali Ag+, Hg22+, Pb2+, Cu3+
|
Bromida
|
Semua larut kecuali Ag+, Hg22+, Pb2+
|
Iodida
|
Semua larut kecuali Ag+, Hg22+, Pb2+, Bi3+
|
Sulfat
|
Semua larut kecuali Ba+, Sr2+, Pb2+,
(Ca2+ sedikit
larut)
|
Sulfit
|
Semua tidak larut kecuali Na+, K+, NH4+
|
Sulfida
|
Semua tidak larut kecuali Na+, K+, NH4+, Ba2+, Sr2+, Ca2+
|
Fosfat
|
Semua tidak larut kecuali Na+, K+, NH4+
|
Karbonat
|
Semua tidak larut kecuali Na+, K+, NH4+
|
Oksalat
|
Semua tidak larut kecuali Na+, K+, NH4+
|
Oksida
|
Semua tidak larut kecuali Na+, K+, Ba2+, Sr2+, Ca2+
|
Hidroksida
|
Semua tidak larut kecuali Na+, K+, NH4+, Ba2+, Sr2+,
(Ca2+ sedikit
larut)
|
Tabel
1. Kelarutan beberapa senyawa dalam air.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kelarutan antara lain jenis
zat terlarut, jenis pelarut, temperatur, dan tekanan.
a.
Jenis Zat
Zat-zat
dengan struktur kimia yang mirip umumnya dapat saling bercampur dengan baik,
sedangkan zat-zat yang struktur kimianya berbeda umumnya kurang dapat saling
bercampur (like dissolves like).
Senyawa
yang bersifat polar akan mudah larut dalam pelarut polar, sedangkan senyawa
nonpolar akan mudah larut dalam pelarut nonpolar. Contohnya alkohol dan air
bercampur sempurna (completely miscible), air dan eter bercampur
sebagian (partially miscible), sedangkan minyak dan air tidak bercampur (completely
immiscible).
b.
Suhu
Kelarutan
gas umumnya berkurang pada temperatur yang lebih tinggi. Misalnya jika air
dipanaskan, maka timbul gelembung-gelembung gas yang keluar dari dalam air,
sehingga gas yang terlarut dalam air tersebut menjadi berkurang. Kebanyakan zat
padat kelarutannya lebih besar pada temperatur yang lebih tinggi. Ada beberapa
zat padat yang kelarutannya berkurang pada temperatur yang lebih tinggi,
misalnya natrium sulfat dan serium sulfat.
Pada
larutan jenuh terdapat kesetimbangan antara proses pelarutan dan proses
pengkristalan kembali. Jika salah satu proses bersifat endoterm, maka proses
sebaliknya bersifat eksoterm. Jika temperatur dinaikkan, maka sesuai dengan
azas Le Chatelier (Henri Louis Le Chatelier: 1850-1936) kesetimbangan
itu bergeser ke arah proses endoterm. Jadi jika proses pelarutan bersifat
endoterm, maka kelarutannya bertambah pada temperatur yang lebih tinggi.
Sebaliknya jika proses pelarutan bersifat eksoterm, maka kelarutannya berkurang
pada suhu yang lebih tinggi.
c.
Tekanan
Perubahan tekanan pengaruhnya kecil terhadap kelarutan zat
cair atau padat. Perubahan tekanan sebesar 500 atm hanya merubah kelarutan NaCl
sekitar 2,3 % dan NH4Cl sekitar 5,1 %. Kelarutan gas sebanding dengan tekanan partial
gas itu. Menurut hukum Henry (William Henry: 1774-1836) massa gas
yang melarut dalam sejumlah tertentu cairan (pelarutnya) berbanding lurus
dengan tekanan yang dilakukan oleh gas itu (tekanan partial), yang
berada dalam kesetimbangan dengan larutan itu. Contohnya kelarutan oksigen dalam
air bertambah menjadi 5 kali jika tekanan partial-nya dinaikkan 5 kali.
Hukum ini tidak berlaku untuk gas yang bereaksi dengan pelarut, misalnya HCl
atau NH3 dalam
air.
6. Sifat Koligatif Larutan
a. Sifat Koligati Larutan Non-Elektrolit
Sifat larutan
berbeda dengan sifat pelarut murninya. Terdapat empat sifat fisika yang penting
yang besarnya bergantung pada banyaknya partikel zat terlarut tetapi tidak
bergantung pada jenis zat terlarutnya. Keempat sifat ini dikenal dengan sifat
koligatif larutan. Sifat ini besarnya berbanding lurus dengan jumlah partikel
zat terlarut. Sifat koligatif tersebut adalah tekanan uap, titik didih, titik
beku, dan tekanan osmosis. Menurut hukum sifat koligatif, selisih tekanan uap,
titik beku, dan titik didih suatu larutan dengan tekanan uap, titik beku, dan
titik didih pelarut murninya berbanding langsung dengan konsentrasi molal zat
terlarut.
Larutan
yang bisa memenuhi hukum sifat koligatif ini disebut larutan ideal. Kebanyakan
larutan mendekati ideal hanya jika sangat encer.
a) Tekanan
Uap Larutan
Tekanan
uap larutan lebih rendah dari tekanan uap pelarut murninya. Pada larutan ideal,
menurut hukum Raoult, tiap komponen dalam suatu larutan melakukan tekanan yang
sama dengan fraksi mol kali tekanan uap dari pelarut murni.
PA = XA . P0A
PA = tekanan uap yang dilakukan
oleh komponen A dalam larutan.
XA = fraksi mol komponen A.
P0A = tekanan uap zat murni A.
Dalam
larutan yang mengandung zat terlarut yang tidak mudah menguap (tak-atsiri atau nonvolatile),
tekanan uap hanya disebabkan oleh pelarut, sehingga PA dapat
dianggap sebagai tekanan uap pelarut maupun tekanan uap larutan.
b) Titik
Didih Larutan
Titik
didih larutan bergantung pada kemudahan zat terlarutnya menguap. Jika zat
terlarutnya lebih mudah menguap daripada pelarutnya (titik didih zat terlarut
lebih rendah), maka titik didih larutan menjadi lebih rendah dari titik didih
pelarutnya atau dikatakan titik didih larutan turun. Contohnya larutan etil
alkohol dalam air titik didihnya lebih rendah dari 100 °C tetapi lebih tinggi
dari 78,3 °C (titik didih etil alkohol 78,3 °C dan titik didih air 100 °C).
Jika zat
terlarutnya tidak mudah menguap (tak-atsiri atau nonvolatile) daripada
pelarutnya (titik didih zat terlarut lebih tinggi), maka titik didih larutan
menjadi lebih tinggi dari titik didih pelarutnya atau dikatakan titik didih
larutan naik. Pada contoh larutan etil alkohol dalam air tersebut, jika
dianggap pelarutnya adalah etil alkohol, maka titik didih larutan juga naik.
Kenaikan titik didih larutan disebabkan oleh turunnya tekanan uap larutan.
Berdasar hukum sifat koligatif larutan, kenaikan titik didih larutan dari titik
didih pelarut murninya berbanding lurus dengan molalitas larutan.
Δtb = kb . m
Δtb =
kenaikan titik didih larutan.
kb =
kenaikan titik didih molal pelarut.
m
= konsentrasi larutan dalam molal.
c) Titik Beku Larutan
Penurunan
tekanan uap larutan menyebabkan titik beku larutan menjadi lebih rendah dari
titik beku pelarut murninya.
Hukum
sifat koligatif untuk penurunan titik beku larutan berlaku pada larutan dengan
zat terlarut atsiri (volatile) maupun tak-atsiri (nonvolatile).
Berdasar hukum tersebut, penurunan titik beku larutan dari titik beku pelarut
murninya berbanding lurus dengan molalitas larutan.
Δtf = kf . m
Δtf =
penurunan titik beku larutan.
kf =
penurunan titik beku molal pelarut.
m = konsentrasi larutan dalam molal.
d) Tekanan
Osmose Larutan
Peristiwa
lewatnya molekul pelarut menembus membran semipermeabel dan masuk ke dalam
larutan disebut osmose. Tekanan osmose larutan adalah tekanan yang harus
diberikan pada larutan untuk mencegah terjadinya osmose (pada tekanan 1 atm) ke
dalam larutan tersebut. Hampir mirip dengan tekanan pada gas ideal, pada
larutan ideal, besarnya tekanan osmose berbanding lurus dengan konsentrasi zat
terlarut.
p = = M. R. T
π
= tekanan osmose (atm).
n
= jumlah mol zat terlarut (mol).
R
= tetapan gas ideal = 0,08206 L.atm/mol.K
T
= suhu larutan (K).
V
= volume larutan (L).
M = molaritas (M = mol/L).
Jika
tekanan yang diberikan pada larutan lebih besar dari tekanan osmose, maka
pelarut murni akan keluar dari larutan melewati membran semipermeabel.
Peristiwa ini disebut osmose balik (reverse osmosis), misalnya pada
proses pengolahan untuk memperoleh air tawar dari air laut.
b.
Sifat Koligatif Larutan Elektrolit
Larutan
elektrolit memperlihatkan sifat koligatif yang lebih besar dari hasil
perhitungan dengan persamaan untuk sifat koligatif larutan nonelektrolit di
atas. Perbandingan antara sifat koligatif larutan elektrolit yang terlihat dan
hasil perhitungan dengan persamaan untuk sifat koligatif larutan nonelektrolit,
menurut Van't Hoff besarnya selalu tetap dan diberi simbul i (i =
tetapan atau faktor Van't Hoff).
10
Semakin
kecil konsentrasi larutan elektrolit, harga i semakin besar, yaitu semakin
mendekati jumlah ion yang dihasilkan oleh satu molekul senyawa elektrolitnya.
Untuk larutan encer, yaitu larutan yang konsentrasinya kurang dari 0,001 m,
harga i dianggap sama dengan jumlah ion.
Empat
macam sifat koligatif larutan elektrolit adalah:
a) Penurunan tekanan uap,
ΔP
= i.P0.XA
b) Kenaikan titik didih
Δtb = i.kb.m
c) Penurunan titik beku
Δtf = i.kf.m
d)
Tekanan osmose
p
= = i. M. R. T
BAB III
PENUTUP
1.
Kesimpulan
Sifat dasar larutan adalah
campuran yang bersifat homogen antara molekul, atom ataupun ion dari dua zat
atau lebih. Disebut campuran karena susunannya atau komposisinya dapat berubah.
Disebut homogen karena susunanya begitu seragam sehingga tidak dapat diamati
adanya bagian-bagian yang berlainan, bahkan dengan mikroskop optis sekalipun.
Larutan berdasarkan daya hantarnya
dibagi menjadi dua yaitu larutan elektrolit dan larutan non-elektrolit. Dan
larutan elektrolit dibagi lagi menjadi dua yaitu larutan elektrolit kuat dan
elektrolit lemah. Berdasarkan jenuh atau tidaknya larutan dapat dibagi menjadi
3, yaitu larutan jenuh, larutan tak jenuh, dan larutan kelewat jenuh.
Berdasarkan sifat kualitatif, larutan dapat dibedakan menjadi 2, yaitu alrutan
pekat dan larutan encer.
Banyaknya zat terlarut (solute)
yang melarut dalam pelarut yang banyaknya tertentu untuk menghasilkan suatu
larutan jenuh disebut kelarutan (solubility) zat itu. Kelarutan umumnya
dinyatakan dalam gram zat terlarut per 100 mL pelarut, atau per 100 gram
pelarut pada temperatur yang tertentu. Jika kelarutan zat kurang dari 0,01 gram
per 100 gram pelarut, maka zat itu dikatakan tak larut (insoluble). Dan
faktor-faktor yang mempengaruhi kelarutan antara lain jenis zat terlarut, jenis
pelarut, temperatur, dan tekanan.
Daftar Pustaka
· Chang Raymond. 2005. Kimia Dasar
Konsep-Konsep Inti Edisi Ketiga Jilid 2. Jakarta. Erlangga
· DIS Yusraini, Nurhasni. 2012. Penuntun
Praktikum Kimia Dasar I. Jakarta. Fakultas Sains dan Teknologi UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta
· Oxtobi, Gillis, Nachtrieb.2001. Prinsip-Prinsip
Kimia Modern Edisi ke Empat Jilid 1. Jakarta ; Erlangga
· Petrucci Ralph H. 1987. Kimia
Dasar Prinsip dan Terapan Modern Edisi Keempat Jilid 2. Jakarta. Erlangga
Tidak ada komentar:
Posting Komentar